Orang Tionghoa, Pribumi Indonesia yang Terlupakan

Berita, Ragam1718 Dilihat

Etnis Tionghoa telah menjadi bagian integral dari masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Kehadiran mereka di Nusantara dapat ditelusuri hingga abad ke-5 Masehi, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Namun, meskipun memiliki sejarah panjang dan kontribusi yang signifikan terhadap bangsa, etnis Tionghoa seringkali menghadapi diskriminasi dan stigma sosial. Salah satu alasannya adalah anggapan bahwa mereka bukan pribumi Indonesia.

Anggapan tersebut tidak berdasar pada fakta sejarah maupun hukum. Orang Tionghoa telah hidup di Indonesia selama lebih dari 1.500 tahun dan telah berasimilasi dengan budaya setempat. Mereka telah berkontribusi pada berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk ekonomi, sosial, dan budaya.

Secara hukum, orang Tionghoa diakui sebagai warga negara Indonesia sejak kemerdekaan pada tahun 1945. Konstitusi Indonesia menjamin hak dan kewajiban yang sama bagi semua warga negara, tanpa memandang etnis atau ras.

Selain itu, ada bukti sejarah yang menunjukkan bahwa orang Tionghoa telah berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Banyak tokoh Tionghoa yang terlibat dalam pergerakan nasional, seperti Liem Koen Hian dan Tan Malaka.

Oleh karena itu, sangat tepat jika etnis Tionghoa disebut sebagai pribumi Indonesia. Mereka telah hidup di Indonesia selama berabad-abad, berasimilasi dengan budaya setempat, dan berkontribusi pada kemajuan bangsa.

Kesimpulan

Etnis Tionghoa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Mereka telah hidup di Nusantara selama berabad-abad, berasimilasi dengan budaya setempat, dan berkontribusi pada kemajuan bangsa.

Dengan demikian, sangatlah keliru jika menganggap etnis Tionghoa bukan pribumi Indonesia. Mereka adalah warga negara Indonesia yang memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti warga negara lainnya.

Sudah saatnya kita sebagai bangsa Indonesia menghargai dan mengakui kontribusi etnis Tionghoa terhadap bangsa kita. Mereka adalah bagian dari kita, dan kita semua adalah Indonesia. (*)

Penulis: Anton Haliman, MBA

Tinggalkan Balasan

1 komentar